Projek Tim GreenMetric Universitas Esa Unggul mengenalkan produk dari hasil Eco-enzym

Esaunggul.ac.id, Saat ini isu lingkungan memang tiada habisnya, salah satunya permasalahan sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan sisa makanan semakin meningkat. Dikutip dari kompas.com tinggi sampah di bantargebang sudah setara dengan gedung 16 lantai.

Sampah organik ini merupakan sampah yang sulit terurai oleh proses alam, tentu dampak yang ditimbulkan sangat buruk sehingga gas-gas yang dikeluarkan akan berbahaya dan berdampak pada lingkungan sekitar.

Guna menekan banyaknya sampah organik agar sampah tersebut tidak langsung pergi ke tempat penampungan sampah Universitas Esa Unggul melalui Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan melakukan kegiatan Project Eco-enzym merupakan usulan dari Rasyid Kepala Laboratorium Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

“Tentunya ini merupakan projek baru, dan isu sampah organik banyak, karena jika sampah organik tersebut menumpuk itu gas-gas yang dikeluarkan berbahaya akan lingkungan, adapun kalau kita fermentasi dengan ditambahkan gula, molase dan air, gas yang dikeluarkan lebih minim dan hasilnya lebih bermanfaat setelah ditunggu tiga bulan,” ucap Febby Laboran Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

Febby menambahkan “Larutan atau cairan dari fermentasi sampah organik tersebut bisa multifungsi, bisa menjadi cairan pembersih lingkungan rumah, bisa untuk mengurai kotoran dan bakteri dalam toilet dan tanaman, serta ampas dari cairan berguna juga untuk menjadi pupuk tanaman.”

Selain memfasilitasi para mahasiswa untuk melakukan praktikum, tujuan lainnya untuk mengurangi dan menekan sampah organik, serta memiliki produk dari hasil Eco-enzym ini.

Sampah organik yang digunakan dalam projek ini yaitu dari buah busuk ada apel, mangga dan didapatkan di lingkungan pasar.

“Kami juga membandingkan aroma dari komposisi buah, ada seratus persen buah jeruk, seratus persen buah mangga, dan ada campuran dari buah pir, apel, dan jeruk, lalu ada campuran buah pir, apel, dan salak,” tambah Febby.

Menurut Febby ecoenzyme ini memiliki manfaat yang sama tetap menjadi cairan pembersih, namun hanya dibedakan dari aroma. Kegiatan ini juga sudah berlangsung dari Oktober akhir 2022 sampai januari 2023 karena fermentasi limbah tersebut membutuhkan waktu tiga bulan.